BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM * ASTAGHFIRULLAHAL ’ADHIM * ASTAGHFIRULLAHAL ’ADHIM * ASTAGHFIRULLAHAL ’ADHIM * ALLADZI LAA ILAAHA ILLA HUWALHAYYUL QAYYUMU WA ATUUBU ILAIH MIN JAMI ‘IL MA ‘AASHI WADZDZUNUUBI WA ATUBU ILAIHI MIN JAMII ‘I MAA KARIHALLAAHU QAULAN WAFI’ LAN WA SAM ‘AN WA BASHORAN WA HAASHIRA * ALLAAHUMMA INNI ASTAGHFIRUKA LIMA QADDAMTU WA MA AKHRARTU WA MA ASRAFTU WA MA ASRARTU WA MA A’LANTU WA MA ANTA A’LAMU BIHI MINNI ANTAL MUQADDIMU WA ANTAL MU ‘AKHIRU WA ANTA ALA KULLI SYAI IN QADIIR * ALLAAHUMMA INNI ASTAGHFIRUKA MIN KULLI DZAMBIN TUBTU ILAIKA MINHU TSUMATSA ‘UDTU FIHI * WA ASTAGHFIRUKA LIMA ARADTU BIHI WAJHAKAL KARIM FAKHATATHOHUMALAISALAKA FIHI RIDHON. * WA ASTAGHFIRUKA BIMA WAADTAKA BIHINAFSI TSUMA AKHLAFTUKA * WA ASTGHFIRUKA LIMA DA’AANI ILAIHIL HAWAA MIN KOBLIRRRUHSI MIMASTABAHA ALAYYA WAHUWA ‘INDAKA MAHDURUUN

Sinopsis

Menjelang Prahara


oleh Mohamad Halil


Roman sejarah ini mengisahkan hidup peranakan Belanda sebelum Perang Dunia II meletus.

Peranakan Belanda hidup dalam dua dunia. Dalam keadaan normal ia mendekati golongan bapaknya. Dalam keadaan darurat ia mencari ibunya. Pada masa pendudukan Jepang tak sedikit peranakan Belanda membolak-balik arsip di Gedung Arsip Negara dengan harapan akan menemukan dokumen yang membuktikan bahwa dalam tuubuhnya mengalir darah Indonesia.

Kecualinya tentu ada. Dalam brosurnya ‘Dertig jaren in Indie’, Dr Wormser, pemimpin redaksi ‘De Preanger Bode’, bercerita bahwa Baretty, direktur/pemilik kantor berita ‘Aneta’ (Algemeen Nieuws & Telegraaf Agentagap), mengagumi (bewonderde) ibunya, seorang bangsawati Yogya. Sampai dimana dalam hal ini kompleks Oedipus berpengaruh atas sikap Baretty terhadap ibunya, wallahu a’lam.

Tokoh utama dalam roman ini, Baretta, tak lain dari Baretty, yang oleh Dr Wormser dilukiskan sebagai orang yang genial. Baretta yang sesudah lulus MULO coba-coba mengirimkan sebuah artikel ke ‘Java Bode’ menyebabkan redaksi koran itu heran begitu rupa, sehingga ia mengambil keputusan untuk mengirim Baretta ke Nederland guna belajar pada ‘Academie voor Jurnaliestiek’.

Sekembalinya di Indie, Baretta langsung dijadikan Wd Hoofdredacteur, sebab kedudukan itu lowong, karena petugasnya minta berhenti karena kesehatannya tak lagi mengizinkan. Gajinya lumayan, karena ia ingin sangat kaya dan terpandang, ia jatuh di tangan Sakai, seorang spion Jepang yang sangat lihai. Dengan bayaran beberapa ribu per bulan ditambah dengan rumah dan mobil mewah, Bbaretta masuk dalam slagorde spionase Jepang.

Sekarang hidup mulai sungguh-sungguh bagi Baretta. Pesta pora yang satu diikuti oleh yang lain dan selalu seorang putri Gubernur Jendral menghadirinya. Tetapi ..... agen-agen Sakai melaporkan bahwa kontra spionase KNIL membayangi Baretta. Sebab itu, serta Departemen Pertahanan mengumumkan hilangnya dokumen-dokumen mengenai pertahanan Hindia Belanda, Sakai mengirim Baretta ke Holland, dan terus ke Jerman untuk menyerahkan dokumen itu ke opsir penghubung Jepang bermarkas di Bremen.

Rencana ini gagal, dan komandan perbatasan Belanda-Jerman menyerahkan Baretta kepada dinas rahasia Belanda di Amsterdam. Baretta mengakui semua yang ia lakukan untuk Jepang. Permintaan komandan spionase Belanda untuk memberikan keterangan tentang komposisi dan personalia spionase Jepang di Hindia Belanda ia lakukan selengkap mungkin, dengan harapan ia akan dibebaskan dari hukuman.

Tetapi menjelang Natal ia menndapat pemberitahuan bahwa ia akan dikembalikan ke Hindia Timur, sebab yang berwenang untuk menentukan Baretta dihukum atau tidak adalah KNIL. Baretta sangat kecewa dan ia mencari jalan untuk memberi pembalasan dan tidak dihukum.

Di kabin pesawat terbang yang membawanya ke Bandung, ia melihat banyak kartu dan kado Natal, ada dua orang penjaganya, dan sepuluh orang penumpang. Kedua penjaga itu menjaganya secara bergantian. Pada siang hari seorang tidur dan yang lain menjaga.

Baretta pura-pura minta izin untuk ke toilet, tetapi sekembalinya dari buang air kecil ia memberi tinju yang keras ke kepala opsir yang menjaganya sehingga pingsan, penjaga yang lain masih tertidur. Dengan cepat Baretta mengambil revolver yang ada di saku seragam opsir yang pingsan, lari ke kokpit pesawat dan mengunci pintunya dari dalam. Anggota-angota awak kokpit pesawat yang pria diawasi dengan ketat oleh Baretta. Ia tidak mengira bahwa bahaya akan datang dari pramugari. Dengan sikap hand up sang pramugari mendekati Baretta. Ia disambut dengan pertanyaan.
“Siapa kamu, siapa namamu”
“Tuan ingin tahu, nama saya panjang. Baiknya serahkan kartu nama saya”.

Pramugari itu merogoh saku dalam seragamnya, tetapi yang keluar bukan kartu nama, melainkan sebuah dames browning. Letupan kecil berkumandang dalam kokpit dan Baretta jatuh terjungkal untuk tidak bangkkit kembali.



back

Label:

 

--> -->